Kajian terhadap al-Qur’an terus berkembang hingga saat ini. Salah satu tema yang masih menjadi perdebatan adalah kajian sinonimitas di dalam al-Qur’an. Di antara kosakata dalam al-Qur'an yang sering dianggap sinonim adalah kata gharra dan khada'a. Kedua kata tersebut sering dipahami memiliki makna yang sama, yaitu menipu atau melakukan tipu daya. Para ulama berbeda pendapat terkait kajian sinonimitas di dalam al-Qur’an. Pendapat pertama setuju dengan sinonimitas di dalam al-Qur’an, sedangkan pendapat yang kedua menolak sinonimitas di dalam al-Qur’an. Bintu Syathi’ adalah salah satu yang bagian dari kelompok ulama yang menolak adanya sinonimitas di dalam al-Qur’an. Menurut Bintu Syathi’ bahwa setiap kata di dalam al-Qur’an memiliki makna sendiri sesuai dengan konteks penggunaannya. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif kajian pustaka (library research). Sumber data terdiri dari sumber data primer yakni al-Qur’an dan al-I’jāz al-Bayāni li-al-Qur’an wa Masā’il Ibn al-Azraq karya Aisyah Abd al-Rahman serta sumber data sekunder yang terdiri dari buku, artikel, jurnal dan skripsi yang
berkaitan dengan penelitian ini. Untuk menganalisis perbedaan kedua kata yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu gharra dan khada’a di dalam al-Qur’an, peneliti menggunakan teori nonsinonimitas Bintu Syathi’. Berdasarkan teori ini, untuk mencari perbedaan makna kata di dalam al-Qur’an ada dua tahap yang menjadi fokus kajian, yaitu pertama mencari dalālah asliyyah atau makna dasar, dan kedua mencari dalālah siyāqiyyah atau konteks penggunaan kata di dalam al-Qur’an.
Hasil penelitian diketahui bahwa di dalam al-Qur’an kedua kata tersebut memiliki makna dan penggunaan yang berbeda. Pertama, makna dasar atau dalālah asliyyah, 1) gharra makna dasarnya yaitu menipu dengan membuat orang tidak sadar sehingga seolah-olah orang yang ditipu tidak menyadari bahwa dirinya telah tertipu; 2) khada’a makna dasarnya adalah tidak sesuai antara sesuatu yang ditampakkan dengan yang disembunyikan. Kedua, penggunaan kata atau dalālah siyāqiyyah, 1) gharra digunakan untuk menggambarkan tipu daya dunia, tipu daya orang-orang kafir dan tipu daya syaiṭan. Kata gharra menggambarkan dampak dari seseorang yang telah terkena tipu daya, sehingga kata gharra dapat diartikan sebagai “tertipu”.; 2) khada’a digunakan untuk menggambarkan tipu daya orang munafik kepada Allah dan sesama manusia. Kata khada’a menggambarkan pelaku atau orang yang menipu, sehingga kata khada’a dapat diartikan “menipu”.