Fenomena hijab turban sebagai bentuk variasi dalam berbusana Muslimah menimbulkan respons berbeda dari berbagai organisasi keagamaan perempuan, termasuk PC Fatayat NU dan PDNA Muhammadiyah. Dalam konteks Kabupaten Bantul, fenomena ini menjadi menarik untuk diteliti karena kedua organisasi
tersebut aktif dalam kegiatan keislaman dan memiliki peran strategis dalam membentuk opini publik mengenai isu keagamaan. Perbedaan dasar pemikiran serta interpretasi terhadap ajaran Islam menjadikan topik ini relevan untuk dianalisis lebih dalam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pandangan antara PC Fatayat NU dan PDNA Muhammadiyah terhadap hijab turban. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi komparatif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam kepada narasumber dari kedua organisasi, serta dokumentasi dan studi literatur. Penelitian ini dianalisis menggunakan teori komparasi John Stuart Mill, yaitu metode persamaan (method of agreement) dan metode perbedaan (methodof difference). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PC Fatayat NU bersikap lebih moderat
dan inklusif terhadap hijab turban, dengan pendekatan toleran terhadap pilihan berbusana selama tetap menutup aurat secara umum. Sebaliknya, PDNA Muhammadiyah menilai bahwa hijab turban tidak memenuhi standar syar’i karena
dianggap tidak menutup aurat secara sempurna, khususnya pada bagian leher dan dada. Perbedaan ini dipengaruhi oleh pendekatan metodologis dan teologis masing masing organisasi di mana Fatayat NU lebih kontekstual dan budaya-orientatif,
sementara PDNA Muhammadiyah lebih tekstual dan normatif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perbedaan pandangan tersebut mencerminkan dinamika tafsir keagamaan dalam merespons perubahan sosial dan tren busana Muslimah di
era modern.