Penelitian ini dilatarbelakangi oleh munculnya kekeliruan pemahaman masyarakat Muslim pada masa sahabat mengenai batas minimal kehamilan yang dianggap sah, sebagaimana tercermin dalam fenomena yang diriwayatkan oleh Muammar bin Ishaq bin Abdullah al-Juhni, masa tersebut terjadi pada masa Usman bin Affan dan dijelaskan oleh Ali bin Abi Thalib berdasarkan QS. Al-Ahqaf ayat 15. Ayat ini tidak hanya menekankan nilai-nilai ketauhidan dan berbakti kepada orang tua, melainkan mengandung informasi ilmiah terkait masa kehamilan dan persalinan yang sejalan dengan ilmu embriologi. Salah satu tokoh yang membahas ayat ini yaitu Zaghloul El-Naggar, seorang ilmuwan Muslim dan mufassir kontemporer yang menafsirkan ayat-ayat kauniyah dengan pendekatan sains modern. Adapun penelitian ini termasuk penelitian kualitatif berbasis kepustakaan (library research), dengan pendekatan deskriptif dan analisis. Data primer dalam penelitian ini yaitu kitab Tafsīr al-Āya>t al-Kawniyyah fī al-Qurʾa>n al-Karīm, sedangkan untuk data sekunder berasal dari literatur tafsir, jurnal ilmiah, dan buku-buku kedokteran modern. Teknik analisis data yang digunakan yaitu menggunakan metode deskriptif dan analisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa, Zaghloul El-Naggar menafsirkan QS. Al-Ahqaf ayat 15 dengan pendekatan ilmiah yang menjelaskan bahwa, minimal masa kehamilan yaitu enam bulan, hal ini sesuai dengan fakta embriologi modern. Sedangkan untuk masa persalinan, beliau juga mengaitkan perubahan-perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis, seperti kontraksi uterus, pelebaran serviks, dan masih banyak lagi. Maka dari itu, penafsiran beliau sangat relevan dengan ilmu kedokteran modern dan membuktikan bahwa Al-Qur’an mengandung petunjuk ilmiah yang dapat dikaji dan dibuktikan melalui pendekatan sains modern.