Pandangan Abraham Geiger, seorang orientalis Yahudi abad ke-19, menyebut bahwa Al-Qur’an hanyalah tiruan dari ajaran dan kisah-kisah dalam tradisi Yahudi dan Nasrani. Pendapat ini menjadi latar belakang utama dalam penelitian ini, yang bertujuan untuk menguji validitas pandangan tersebut melalui pendekatan intertekstualitas Julia Kristeva. Penelitian ini membahas tokoh-tokoh penentang Nabi Musa, yaitu Qarun, Fir’aun, dan Haman, yang muncul dalam Al-Qur’an dan Alkitab. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana representasi kisah Qarun, Fir’aun, dan Haman dalam Al-Qur’an dan Alkitab, serta mengungkap pola-pola intertekstualitas di antara keduanya berdasarkan prinsip-prinsip Julia Kristeva. Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan metode deskriptif analitis dan pendekatan kepustakaan. Data primer diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an dan pasal-pasal Alkitab yang relevan, sedangkan data sekunder berasal dari literatur-literatur penunjang seperti tafsir, jurnal akademik, dan penelitian sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: terdapat empat pola intertekstualitas yang ditemukan antara lain Pertama, simplifikasi yaitun bentuk reduksi (pengurangan) dalam Al-Qur’an terhadap narasi dalam Alkitab. Kedua, korelasi, adalah persamaan atau kemiripan antara narasi dalam Alkitab dengan narasi yang terdapat dalam Al-Qur’an. Ketiga, perluasan, adalah penambahan yang terdapat dalam Al-Qur’an terhadap narasi yang berasal dari Alkitab. Penambahan disini bisa termasuk dalam penambahan karakter tokoh dan penambahan alur. Keempat, ketidaksesuaian, yaitu adanya perbedaan atau ketidaksamaan antara narasi yang terdapat dalam Alkitab dan Al-Qur’an. Dengan demikian, makna tidak hanya lahir dari hubungan antara penulis dan pembaca, tetapi dari keterhubungan antar-teks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Al-Qur’an tidak sekadar menyalin kisah dari teks sebelumnya, tetapi juga mengolah dan membentuk ulang cerita tersebut sesuai dengan nilai-nilai islam. Al-Qur’an hadir sebagai teks yang berinteraksi dengan teks-teks lain, namun tetap berdiri secara mandiri dan menyajikan narasi dengan corak khas Islam.