Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum adanya kajian akademik yang secara spesifik membahas proses vernakularisasi dalam tafsir al-Ubairiz fi Tafsiri Ghara’ib al-Qurʾan al-ʿAziz karya KH. Ahmad Mustofa Bisri. Sebagian besar kajian tafsir Nusantara lebih banyak berfokus pada karya-karya seperti al-Ibriz karya KH. Bisri Mustofa atau Tafsir al-Huda karya Bakri Syahid, sehingga keberadaan al-Ubairiz belum memperoleh perhatian yang proporsional, padahal tafsir ini memiliki kekhasan dalam aspek bahasa, aksara, dan konteks sosial budaya. Penelitian ini menjadi penting karena vernakularisasi merupakan strategi yang tidak hanya memperkuat pemahaman masyarakat lokal terhadap Al-Qur’an, tetapi juga menjadi upaya pelestarian khazanah tafsir lokal berbasis tradisi pesantren.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kepustakaan (library research). Pendekatan ini bertujuan untuk menganalisis dan memahami berbagai konsep serta teori yang berkaitan dengan objek kajian secara mendalam. Penelitian ini menggunakan teori vernakularisasi sebagaimana dipopulerkan oleh Anthony H. Johns dan diperluas oleh Islah Gusmian. Vernakularisasi dimaknai sebagai proses pelokalan ajaran Islam melalui bahasa, aksara, dan budaya yang akrab dengan masyarakat setempat. Dalam konteks penafsiran, vernakularisasi tidak hanya sekadar penerjemahan kata, melainkan juga penyesuaian ekspresi, nilai, dan konsep agar sesuai dengan tradisi dan cara berpikir lokal. Proses ini memungkinkan Al-Qur’an dipahami dalam ruang budaya yang hidup, menjembatani antara teks wahyu yang berbahasa Arab dengan masyarakat yang hidup dalam realitas sosial-budaya non-Arab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat bentuk utama vernakularisasi dalam Tafsir al-Ubairiz. Pertama, penggunaan aksara pegon. Kedua, penggunaan tata krama bahasa Jawa. Ketiga, penggunaan kata serapan dari bahasa Arab, dan keempat, Penggunaan istilah lokal pesantren. Keempatnya membuat tafsir ini dekat dengan budaya dan kehidupan masyarakat. Selain bentuk-bentuknya, penelitian ini menemukan tiga tujuan utama vernakularisasi dalam tafsir al-Ubairiz. Pertama, menghadirkan pemahaman yang kontekstual. Kedua, memudahkan pemahaman dan pengguanaan dengan bahasa lugas. Ketiga, memperkuat identitas Islam lokal masyarakat Jawa khususnya kalangan pesantren.