Diskursus tentang perempuan dalam Islam seringkali terjebak dalam pola antara tradisi konservatif dan modernitas progresif. Meskipun Islam secara teoretis menempatkan perempuan pada posisi mulia dengan hak-hak jelas dalam pendidikan, ekonomi, dan politik, praktiknya masih ditemukan interpretasi bias gender yang membatasi peran perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis bias gender dalam kitab Syarh} ‘Uqud al-Lujain karya Syekh Nawawi al-Bantani, (2) Mengkritisi legitimasi hadis-hadis yang digunakan untuk mendukung subordinasi perempuan, dan (3) Menawarkan perspektif alternatif melalui pendekatan tematik hadis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan library research dan analisis kritis. Teori feminisme Islam Fatima Mernissi digunakan sebagai pisau analisis untuk mengkaji konstruksi patriarkal dalam interpretasi hadis, sementara pendekatan tematik hadis M. Syuhudi Ismail diterapkan untuk menelusuri konteks dan relevansi hadis-hadis terkait perempuan. Data primer diperoleh dari kitab Syarh ‘Uqud al-Lujain, sementara data sekunder meliputi literatur hadis, studi gender, dan karya-karya feminis Muslim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat bias gender dalam penafsiran Syekh Nawawi, misalnya pada hadis tentang perempuan sebagai aurat yang dikontekstualisasikan secara sempit untuk membatasi ruang gerak perempuan, (2) Seleksi hadis dalam kitab tersebut cenderung mengabaikan hadis-hadis yang mendukung kesetaraan gender, dan (3) Pendekatan tematik hadis mengungkap ketidaksesuaian antara interpretasi patriarkal dengan prinsip keadilan dalam Islam. Kesimpulan penelitian menegaskan bahwa bias gender dalam kitab ini dipengaruhi oleh budaya patriarkal dan interpretasi tekstual tanpa mempertimbangkan konteks historis. Implikasinya, diperlukan rekonstruksi pemahaman hadis berbasis kesetaraan gender dengan metodologi yang holistik.