STRATEGI PEMBELAJARAN MENGHAFAL AL-QUR’AN PADA SANTRI TUNANETRA DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL QUR’AN KUTOARJO PURWOREJO

Latar belakang penelitian ini adalah melihat fenomena umat Islam yang semakin berlomba-lomba untuk menjadi seorang penghafal Al-Qur’an tidak terkecuali penyandang disabilitas seperti tunanetra. Antusias umat Islam tunanetra dalam menghafalkan Al-Qur’an terlihat dari bermunculannya para penghafal Al-Qur’an dari kalangan tunanetra. Namun jumlah Muslim tunanetra yang hafal Al-Qur’an sangatlah sedikit dibanding jumlah tunanetra yang buta huruf Al-Qur’an. Bagi penyandang tunanetra dalam mempelajari dan menghafalkan Al-Qur’an tentu tidaklah mudah karena akan membutuhkan bantuan dari orang lain atau alat yang dapat membantunya dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui: 1) Strategi pembelajaran menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Hidayatul Qur’an. 2) Hasil strategi pembelajaran menghafal Al-Qur’an pada santri tunanetra di Pondok Pesantren Hidayatul Qur’an. 3) Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan strategi pembelajaran menghafal Al-Qur’an pada santri tunanetra di Pondok Pesantren Hidayatul Qur’an. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan metode deskripstif kualitatif serta pendekatan psikologi belajar dengan menggunakan aliran behaviorisme. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian data yang diperoleh dianalisis menggunakan teori Milles dan Huberman. Uji keabsahan datanya dilakukan dengan triangulasi. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, strategi pembelajaran menghafal Al-Qur’an pada santri tunanetra di Pondok Pesantren Hidayatul Qur’an adalah 1) Strategi persiapan meliputi menentukan Ustaz/ustazah pembimbing, menentukan waktu pembelajaran serta menyediakan speaker Al-Qur’an. 2) Strategi pelaksanaan ada 3 cakupan yaitu proses, materi dan metode. 3) Strategi menjaga hafalan dengan membiasakan santri tunanetra untuk selalu muraja’ah dan melakukan evaluasi. Kedua, hasil adalah santri tunanetra dapat memahami kaidah ilmu tajwid secara teori dan praktik, santri tunanetra dapat menghafal Al-Qur’an dengan lancar dan fasih serta santri tunanetra dapat mengulang hafalan dengan baik dan benar sesuai dengan perolehan hafalan. Ketiga, faktor pendukungnya yaitu: (a) Sumber daya pengajar yang mumpuni, (b) Terbantu sering mendengarkan murottal Al-Qur’an, (c) Dukungan dari pengasuh, (d) Dukungan dan motivasi penuh dari orang tua. Sedangkan Faktor penghambat yaitu: (a) Santri tunanetra sering mengantuk (b) Faktor kecerdasan santri tingkat rendah (c) Terkait faktor psikologi (d) Kendala speaker rusak.