Secara umum dan menurut pendapat peneliti, kebanyakan para penghafal AlQur’an menargetkan berapa lama waktu yang akan ditempuh untuk menyelesaikan hafalan. Hal tersebut menyebabkan santri kemrungsung untuk mencapai target waktu yang ditentukan. Selanjutnya berdampak pada proses menghafal Al-Qur’an. Karena terburu-buru, santri cepat-cepat dalam melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an. Cepat dalam tempo pelafalan yang mengakibatkan makhraj dan tajwid kurang diperhatikan. Selain itu, keterbatasan pengetahuan tentang seberapa penting membaca Al-Qur’an secara tartīl, kurang pengetahuan tentang ilmu makharijul huruf dan tajwid yang baik dan benar. Hal tersebut membentuk kebiasaan santri. Sehingga berlarut membaca dan menghafalkan Al-Qur’an tanpa memperhatikan tartīl. Fokus penelitian skripsi ini, ditekankan untuk menjawab tentang kontruksi makna tartīl dan implementasi makna tartīl dalam proses menghafal Al-Qur’an. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Sedangkan model analisis data menggunakan model fenomenologi Moustakas. Hasil penelitian dapat disimpulkan, pertama, dalam tahap eksternalisasi santri Komplek Khodijah diadaptasi dengan teks Al-Qur’an Al-Muzzamil: 4 yang disadari dari tulisan Al-Qur’an di dinding Mushola Komplek Khodijah di dinding Mushola Komplek Khodijah. Selain itu, hadis Nabi Muhammad SAW berkontribusi dalam eksternalisasi makna tartīl di Komplek Khodijah. Kemudian perintah Simbah Nawawi Abdul Aziz juga menjadi salah satu hal yang penting dalam proses ini. Tak kalah penting, guru sangat mempengaruhi pemahaman tartīl santri Komplek Khodijah. Terakhir, lingkungan juga andil, yang dimaksudkan di sini adalah senior dan teman seperjungan. Hal-hal yang disebutkan adalah adaptasi eksternalisasi makna tartīl yang dialami oleh santri Komplek Khodijah. Kedua, dalam tahap internalisasi santri Komplek Khodijah adalah proses belajar yang dialami santri Komplek Khodijah mengenai tartīl dalam proses menghafal AlQur’an. dalam kegiatan setoran bersama Ibu Nyai Umi Azizah. Selanjutnya saat proses kegiatan deresan (membaca Al-Qur’an bersama dengan tartīl), di situ melatih membaca tartīl. Pada saat kegiatan partneran (membaca Al-Qur’an berpasangan) juga menjadi proses belajar karena sebagai pengingat ketika teman tartīl maka akan diingatkan untuk tartīl pula. Ketiga, Proses objektifikasi dalam mengkontruksi makna tartīl menurut data yang telah disampaikan di atas, santri senantiasa tartīl setiap membaca Al-Qur’an, beberapa ada yang mengusahakan tartīl tapi masih sering lupa tempo baca dalam praktiknya, lalu ada yang mengedepankan tartīl tapi tetap melihat situasi dan kondisi untuk tempo baca. Dalam kegiatan-kegiatan di Komplek Khodijah, objektifikasi terjadi pada kegiatan setoran, muqaddaman (membaca Al-Qur’an bersama), saat nderes (membaca Al-Qur’an sendiri) dan saat simakan (menyimak bacaan Al-Qur’an)