Pembahasan tentang pengaruh derasnya arus globalisasi yang mengarah akan kekhawatiran terkikisnya kecintaan generasi muda pada bangsa dan negara kian memudar serta menjadikan mereka tidak lagi bangga terhadap budayabudaya lokal seperti pelestarian budaya membatik. Maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Nilai-nilai pendidikan karakter berbasis kearifan lokal melalui pelaksanaan muatan lokal membatik pada siswa MI Ma’arif Pijenan Bantul dan relevansinya dengan pendidikan karakter yang ada di saat ini. Penelitian ini bersifat (Field Research) dengan mengambil obyek yaitu pendidikan karakter berbasis kearifan lokal. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa: (1) Pelaksanaan muatan lokal membatik dalam membentuk nilai-nilai pendidikan karakter berbasis kearifan lokal di MI Ma’arif Pijenan Bantul, mencakup beberapa hal. pertama, mengolah kain mori sebelum dibatik, lalu Nganji dan yang terakhir dilanjutkan dengan tahap Ngemplong. kedua, yaitu proses membatiknya, yang diawali dengan membuat pola terlebih dahulu, kemudian menyiapkan lilin atau malam batik, selanjutnya tahap menyanting dan mewarnai kain. terakhir, menghilangkan malam pada kain. (2) Hasil dari pelaksanaan muatan lokal membatik dalam membentuk nilai-nilai pendidikan karakter berbasis kearifan lokal di MI Ma’arif Pijenan Bantul ini ialah: Pertama, anak lebih peka dalam bersosial. Kedua, anak lebih punya empati. Ketiga, anak lebih bisa bersungguh-sungguh. Keempat, anak lebih bisa menghemat. Kelima, anak lebih bisa cermat. Keenam, anak lebih bisa berhati-hati dalam membatik, (3) Faktor pendukung dan penghambat. Pendukungnya yaitu: adanya sentra batik yang turut mendukung terlaksananya membatik di sekolah, adanya dukungan penuh dari kepala sekolah, wali murid dan masyarakat sekitar madrasah, kekompakan peserta didik dalam pelaksanaan membatik, dan peserta didik yang memiliki rasa optimis. Adapun factor penghambatnya yaitu: kurangnya guru dalam membimbing peserta didik, kurangnya guru yang fokus mengajar batik, waktunya yang kurang lama, dan adanya rasa bosan peserta didik terhadap pembelajaran muatan lokal membatik.