Guru agama adalah komponen yang sangat penting dalam menyukseskan pendidikan; tanpa mereka, pendidikan tidak akan berhasil. Dengan demikian, guru agama harus memiliki kompetensi untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan kompetensi andragogi, guru agama akan mampu mengelola proses pembelajaran dengan baik dan pastinya menumbuhkan minat belajar lansia dalam belajar. Tidak sedikit lansia yang pergi ke pesantren lansia PERMATA terkendala dengan kondisi fisik yang kurang fit dan menimbulkan minat mereka menurun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kualitas dan kondisi kompetensi andragogi guru agama di pesantren lansia PERMATA Sleman Yogyakarta dalam menumbuhkan minat belajar lansia, dan hubungan antara kompetensi pedagogik guru agama dan minat belajar lansia. Penelitian lapangan ini menggunakan metodologi kualitatif. Setelah data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi data,selanjutnya peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kejadian di lapangan. Sumber data penelitian terdiri dari Pengasuh dan pendiri Pesantren Lansia Permata dan para lansia, dokumentasi profil Pesantren Lansia Permata Sleman Yogyakarta. Dalam peneiltian ini, data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi. Selanjutnya, analisis data dilakukan melalui proses reduksi, penyampaian, verifikasi, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk menumbuhkan minat belajar lansia, guru agama harus menguasai kompetensi yang sesuai dalam hal ini yaitu pendidikan agama yang mendalam. Guru agama dalam menumbuhkan minat belajar lansia menggunakan berbagai macam metode pembelajaran yang sering digunakan yaitu metode partisipatif dan diskusi. Guru agama memiliki masingmasing lima faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembelajaran agama para lansia. Untuk mensukseskan suatu pembelajaran, guru agama harus benar-benar ahli, dan tepat dalam menggunakan metode yang dapat diterapkan pada lansia