Latar belakang penelitian ini karena adanya realitas kesetaraan gender yang belum terwujud sepenuhnya, sehingga kajian gender masih perlu untuk dibahas dari masa ke masa karena. Untuk menghadapi ketidaksetaraan gender, maka muncullah beberapa gerakan, salah satunya emansipasi. Kartini yang merupakan santri dari Kiai Sholeh Darat menjadi tokoh emansipasi pertama di Indonesia yang pemikirannya masih terus hidup sampai saat ini. Buku yang membahas tentang biografi Kartini memang sangat banyak, akan tetapi peneliti lebih memilih karangan Aguk Irawan MN untuk diteliti karena penyusunan kalimatnya yang runtut dan sistematis serta dikemas dengan pola narasi dan dialog, menjadikan ini menarik. Selain itu, Aguk Irawan juga merupakan tokoh agama, budayawan, dan sastrawan, sehingga dengan corak pemikiran beliau, buku Kartini: Kisah yang Tersembunyi semakin menarik untuk dikaji.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan kesetaraan gender dalam buku Kartini: Kisah yang Tersembunyi karya Aguk Irawan MN dan relevansinya dengan pendidikan perempuan muslimah saat ini. Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) dengan mengambil obyek yaitu Kartini: Kisah yang Tersembunyi karya Aguk Irawan MN.
Metode penelitiannya adalah deskriptif kualitatif dan pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pendekatan historis filosofis, dengan metode analisis yaitu analisis isi. Langkah-langkah metode analisis isi yaitu mereduksi konsep gender, mengklasifikasikannya berdasarkan tujuan penelitian, kemudian membuat peta konsep berdasarkan objek dan tujuan penelitian, melakukan interpretasi dan penafsiran dan menarik kesimpulan agar lebih jelas dan mudah dipahami.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, perempuan dan laki-laki memiliki derajat yang setara; perempuan dan laki-laki berpotensi meraih prestasi; perempuan dan laki-laki setara dalam memperoleh pendidikan; perempuan dan laki-laki memiliki kesetaran dalam memperoleh HAM; dan perempuan dan laki-laki sebagai khalifah. Kedua, terdapat relevansi antara pendidikan kesetaraan gender dengan pendidikan perempuan muslimah, yaitu perempuan berhak mendapatkan HAM sebagaimana yang diperoleh laki-laki; perempuan berhak mengembangkan potensi sesuai keinginannya; perempuan berhak menjadi pemimpin dan turut aktif dalam roda pemerintahan; dan perempuan berhak memperoleh manfaat dari pembangunan bangsa secara adil.