Bahasa Krama menjadi salah satu budaya lokal Jawa yang ada sejak dahulu. Namun seiring berkembangnya zaman, budaya lokal tersebut sudah mulai menghilang karena kurangnya upaya dalam melestarikannya. Asrama anak komplek At-Tariq PP An Nur Bantul mempunyai cara tersendiri dalam melestarikan budaya lokal Jawa. Tujuan dari penelitian ini untuk 1) mengetahui pengenalan budaya lokal Jawa melalui pembiasaan bahasa krama dalam meningkatkan pendidikan karakter di asrama anak komplek At-Tariq PP An Nur Bantul, 2) mengetahui hasil dari pengenalan budaya lokal Jawa melalui pembiasaan bahasa krama dalam meningkatkan pendidikan karakter di asrama anak komplek At-Tariq PP An Nur Bantul, dan 3) mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam pengenalan budaya lokal Jawa melalui pembiasaan bahasa krama dalam meningkatkan pendidikan karakter di asrama anak komplek AtTariq PP An Nur Bantul.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan cara observasi di lokasi penelitian, wawancara dengan pengasuh, ketua, pengurus dan santri putri, dan dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan model Miles dan Huberman dan teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembiasaan bahasa krama di asrama anak komplek At-Tariq PP An Nur Bantul dilaksanakan melalui kegiatan rutin, kegiatan spontan, kegiatan terprogram dan pemberian teladan. Hasil dalam pembiasaan bahasa krama ini yaitu menambah pengetahuan santri mengenai budaya lokal Jawa, mengajarkan anak untuk melestarikan dan menjaga budaya lokal Jawa, menumbuhkan karakter sopan santun pada diri anak santri, menanamkan ajaran Rasulullah SAW dalam diri anak, serta melalui bahasa dapat menambahkan nilai positif. Adapun faktor pendukungnya adalah adanya keteladanan dari pengasuh, adanya wujud pengabdian dari pengurus dan pendidik, adanya semangat mencari ilmu, dan sebagai wujud syukur dari wali santri. Sedangkan faktor penghambatnya adalah kurangnya interaksi dari pihak pengasuh, Non-aktifnya seluruh kegiatan yang menghambat proses pelaksanaan, adanya faktor perbedaan asal daerah, dan kurangnya kesadaran dari pihak wali santri.