Fenomenanya sampai saat ini masyarakat memandang anak berkebutuhan khusus sebelah mata atau kurang dihargai seperti anak normal lainya. Anak tunagrahita memiliki sikap menutup diri, takut akan dunia luar dan orang lain, tidak memiliki kepercayaan diri, siswa tunagrahita memiliki kesulitan mengerti tentang tauhid, dan bersikap santun terhadap orang lain. Maka dari itu, guru perlu merencanakan strategi belajar yang sesuai dengan kebutuhan anak tunagrahita dengan melihat perkembangan zaman agar kemampuan siswa dapat lebih berkembang. Tujuan penelitian ini adalah: 1)Mengetahui strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru PAI kepada siswa tunagrahita di SDLB Kasih Ibu. 2)Mengetahui dampak yang terjadi saat pembelajaran pendidikan agama Islam di SDLB Kasih Ibu. 3)Mengetahui faktor pendukung dan penghambat guru PAI dalam pelaksanaan strategi pembelajaran pada siswa tunagrahita di SDLB Kasih Ibu. Jenis penelitian ini adalah kualiatif deskriptif, pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1) Observasi, observasi di SDLB Kasih Ibu Kabupaten Kulon Progo, 2) Wawancara, wawancara yang dilakuakn kepada kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam (PAI), 3) Dokumentasi, dokumentasi peneliti gunakan untuk memperoleh data yang bersifat dokumentatif. sedangkan analisis data menggunakan teori model Miles dan Huberman dan uji validitas datanya menggunakan trianggulasi teknik. Hasil penelitian adalah bahwa strategi yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Siswa Tunagrahita di SDLB Kasih Ibu Kabupaten Kulon Progo yaitu: 1) strategi deduktif, 2) strategi individualisasi, 3) strategi konvensional, 4) strategi ekspositori. Adapun dampak dari strategi yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Siswa Tunagrahita di SDLB Kasih Ibu Kabupaten Kulon Progo yaitu: 1) Siswa mampu mengenal huruf Hijaiyah, 2) Siswa tunagrahita terbiasa mencium tangan saat bersalaman, 3) Siswa tunagrahita terbiasa melakukan 3 S ( senyum sapa, salam), 4) Siswa tunagrahita mampu bersosialisasi di sekolah. Adapun faktor pendukung dan penghambanya yaitu: 1) Faktor pendukung: fasilitas dari sekolah yang tersedia, siswa dengan tingkat pemahaman yang baik, lingkungan sekolah yang aman dan nyaman, 2) Faktor penghambat: kurangnya partisipasi orang tua, fokus siswa mudah terganggu.