Fakta bahwa al-Qur’an juga menuangkan sejarah umat terdahulu sebagai kisah masih banyak merahasiakan misteri yang hingga kini menjadi perdebatan para ulama dan sejarawan, terlebih dalam menguak identitas tokoh yang bergelar Żulqarnain. Butuh kajian literasi lebih dari satu kitab tafsir dan bukti sejarah untuk menguatkan argumentasi. Tafsir karya al-Jailānῑ (W. 561 H.) dan Tafsir karya alAlūsῑ (W. 1.270 H.), sebagai dua kitab tafsir klasik bercorak sufi yang tidak meninggalkan makna żahir suatu ayat dirasa cukup menarik membedah keduanya untuk membahas kisah ekslusif dalam al-Qur’an. Tujuan penelitian mengetahui interpretasi dalam Tafsῑr al-Jailānῑ dan Tafsir Ruḥ al-Ma’ānῑ tentang Kisah Żulqarnain pada surah al-Kahfi ayat 83-98 juga perbedaan dan kesamaan yang ada. Menerapkan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan penelitian qaṣaṣ al-Qur’an dan tafsir muqārin (perbandingan) berdasarkan metode analisis isi. Kedua mufassir menyingkap sosok Żulqarnain sebagai raja berkebangsaan Romawi, Alexander putra Philipus dengan penafsiran secara global serupa namun penjelasan redaksi berbeda. Dimana ‘Abd al-Qadir al-Jailānῑ terus terang menyatakan persepsinya, sedangkan al-Alūsῑ mengupas dengan kritik objektif mengapa Alexander adalah Żulqarnain. Perbedaan juga ditemukan dalam arti beberapa kata di sejumlah ayat antara 83-98 surah al-Kahfi.