Kata lahwun dalam Al-Qur’an berarti bermain-main dengan kenikmatan yang hanya sementara, seperti karaoke, judi, minum anggur, mendengarkan lagu, hal-hal tersebut memiliki sifat negative yang membuat orang terlena dengan keadaan. Dalam skripsi ini penulis tertarik meneliti kata lahwun dengan pendekatan komparasi (muqaran) dengan menggunakan kitab Tafsīr Al-Taḥrīr wa Tanwīr dan Al-Marāghī. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Al-Qur’an mengajarkan bagaimana cara agar tidak bermain-main dengan kesenangan dunia yang hanya sementara, mengetahui dan memahami makna lahwun dari kedua mufassir, dapat mengklasifikasikan atau mengetahui persamaan dan perbedaan diantara kedua mufassir. Penelitian ini dimulai dengan menghimpun sejumlah ayat Al-Qur’an yang dijadikan objek studi tanpa menoleh kepada redaksinya, apakah mempunyai kemiripan atau tidak, kemudian melacak berbagai pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut, membandingkan pendapat-pendapat mereka untuk mendapatkan informasi berkenaan dengan identitas dan pola fikir masing-masing mufassir. Penelitian ini termasuk metode penelitian kualitatif atau penelitian kepustakaan. Sumber data yang diperoleh dari ayat-ayat Al-Qur’an beserta kitab atau buku yang bersangkutan dengan objek penelitian. Data yang diperoleh dalam skripsi ini berasal dari dua sumber diantaranya adalah Tafsīr Al-Taḥrīr wa Tanwīr dan Al- Marāghī. Kemudian data yang penulis gunakan dari berbagai referensi-referensi terkait dengan yang penulis teliti, seperti jurnal, buku-buku, kamus, tesis, majalah atau kejadian secara langsung dan lainnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, dalam Al-Qur’an bentuk kata lahwun dibagi menjadi 4 macam, ada yang berbentuk athof, maf’ul, athof yang tidak kemasukan huruf, maf’ul bihi. Kedua, Karakteristik dari kedua tafsir meliputi: metode, corak tafsir dan sistematika penafsiran. Ketiga, persamaan dan perbedaan, yaitu sama-sama lahir di era modern atau kontemporer dan memiliki corak yang sama yakni Adabi Ijtima’i. yang menjadi penyebab terjadinya perbedaan dalam menafsirkan lahwun dalam Al-Qur’an yaitu: memiliki manhaj yang berbeda, Tafsir Al-Tahrir Wa Tanwir memiliki gaya bahasa, keindahan lafadz dan keindahan makna, mazhab yang diikuti yakni mazhab syafi’i penggunaan sumber dalam menafsirkan ayat-ayat. Sedangkan Al-Marāghī mazhab Maliki. Dan yang keempat, faktor yang melatarbelakangi persamaan dan perbedaan dari kedua tafsir Secara umum ada dua faktor yang menimbulkan perbedaan dalam menafsirkan Al-Qur’an model ini yaitu faktor internal (karakter teks) dan faktor eksternal (prior teks).