Penelitian ini berangkat dari banyaknya permasalahan pada dekade akhir dalam pendidikan di Indonesia yang salah satunya yaitu mulai merosotnya moralitas maupun kerakter yang melanda generasi muda khususnya anak remaja terutama siswa sekolahan sehingga menjadi pembahasan penting dan harus lebih diperhatikan. Oleh karena itu dengan adanya permasalahan tersebut perlu adanya upaya dalam mengatasinya salah satuya yaitu melalui internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat di terapkan di sekolahan baik melalui pelajaran dikelas maupun kegiatan ekstrakurikuler disekolahan. Oleh karena itu peneliti fokus pada internalisasi nilainilai pendidikan karakter melaluikegiatan ekstrakurikuler rohis dan berharap bisa dijadikan sebuah solusi dalam proses pembentukan karakter.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), dengan menggunakan metode kualitatif, serta pendekatan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisi data menggunakan model Miles dan Huberman melalui tahap sebagai berikut: 1) Reduksi data 2) Penyajian data 3) penarikan kesimpulan adapun teknik pemerikasaan keabsahan data menggunakan uji trisanggulasi.
Berdasarkan penelitian dengan metode tersebut, dapat diperoleh beberapa hasil yaitu: proses internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler rohis di SMA Negeri 1 Jetis yaitu dengan adanya kegiatan-kegiatan yang telah di programkan adapun cara dalam menginternalisaskan yaitu dengan adanya keteladanan, intervensi dan pembiasaan. Untuk menuai hasil yang maksimal dalam proses internalisasi terdapat beberapa tahapan yaitu pertama, tahap transformasi yaitu pemberian pengetahuan ataupun pemahaman. Kedua, tahap transaksi yaitu dalam tahap ini adanya hubungan timbal balik yang melibatkan siswa secara langsung. Ketiga, tahap Transinternalisasi pada tahap ini merupakan proses anak dapat memperlihatkan karakter baik sehingga terdapat penerimaan pengaruh dan bersikap sesuai pengaruh yang didapati dan dipercayai bukan lagi sosok fisik yang dapat dirasakan melainkan mental maupun kepribadiannya.