MAKNA KATA SYAJARAH PADA KISAH NABI ADAM AS DALAM AL-QUR'AN (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce)

Salah satu kemukjizatan al-Qur'an terdapat dalam segi kebahasaannya. Hal ini dikarenakan al-Qur'an turun pada masyarakat yang sangat mengistimewakan keindahan bahasa. Berangkat dari hal tersebut, menjadikan al-Qur'an yang diturunkan dengan bahasa Arab dapat ditelusuri dari berbagai pendekatan kebahasaan atau linguistik. Sekian banyak kosa kata yang digunakan dalam al-Qur'an, kata syajarah yang diartikan sebagai pohon pada kisah Nabi Adam AS memiliki banyak perdebatan mengenai spesifik pohon tersebut. Perdebatan ini muncul dikarenakan tidak ada ayat atau hadis yang menyebutkannya secara rinci. Meskipun demikian, penulis dalam penelitian ini akan menganalisa makna kata syajarah pada kisah Nabi Adam AS melalui tanda-tanda yang ada disekitarnya. Adapun pendekatan yang digunakan berupa pendekatan linguistik dari ilmu tentang tanda atau semiotika. Rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu makna kata syajarah pada kisah Nabi Adam AS dalam al-Qur'an menggunakan analisis teori semiotika Charles Sanders Peirce dan relevansinya dalam konteks kekinian. Ayat yang dianalisis terdapat pada Q.S al-Baqarah [2]: 35, Q.S al-A’raf [7]: 19 dan Q.S T}aha [20]: 120. Penelitian ini termasuk dari jenis penelitian kualitatif dengan sumber data yang diambil dari kepustakaan (library research). Penghimpunan data dilakukan dengan teknik dokumentasi. Langkah dokumentasi terdiri dari menghimpun data dengan sistematis dan akurat, membaca serta mencatat poin-poin penting. Setelahnya dianalisis secara deskriptif dengan teori semiotika Charles Sanders Peirce. Hasil penelitian ini memaparkan bahwa kata syajarah pada kisah Nabi Adam AS yang terdapat pada Q.S al-Baqarah [2]: 35 merupakan tanda dengan kategori rhematic symbol legisign, yang sebelumnya terdapat kata لاَ (larangan) termasuk tanda dengan kategori dicent symbol legisign dan argument at}-T}abari berupa apabila melanggar larangan tersebut maka ia bagian orang-orang zalim. Kata syajarah pada Q.S al-A’ra>f [7]: 19 memiliki tanda sebagai berikut huruf fa pada kata فَكُلَا ialah tanda dengan kategori rhematic symbol legisign, kata مَلَكَيْن tanda dengan kategori dicisign indexical legisign dan perintah Q.S al-A’raf [7]: 27 sebagai renungan untuk anak cucu Nabi Adam AS termasuk tanda dengan ketegori argument. Sedangkan untuk kata syajarah dalam Q.S T}a>ha> [20]: 120 adalah tanda dengan kategori rhematic symbol legisign dikaitkan dengan dicent symbol legisign berupa pohon khuldi yang dijadikan setan untuk merayu Nabi Adam AS. Adapun interpretannya yang menjadi tanda dengan kategori argument adalah pohon khuldi yang barang siapa memakannya maka ia akan hidup kekal dan memiliki kerajaan yang tidak akan runtuh. Kesimpulan dari tiga ayat yang memuat kata syajarah pada kisah Nabi Adam AS di atas ialah sebuah simbol larangan dari Allah SWT yang ditujukan kepada Nabi Adam AS untuk mempersiapkannya sebagai khalifah di bumi. Pemaparan kisah ini bertujuan sebagai pelajaran untuk keturunan Nabi Adam AS dan pasangannya demi tidak melakukan kesalahan yang sama yaitu melanggar perintah Allah SWT. Makna kata syajarah sebagai simbol larangan jika dikontekskan dengan era kekinian ini seperti merusak lingkungan dan tersebarnya hoaks di media sosial.