Cahyadi, Rydho (2024) PENAFSIRAN IMAM AL-SYA'RAWI TERHADAP AL-QUR'AN (Studi Atas Ayat-ayat Doa Para Nabi dalam Berdakwah). Masters thesis, IIQ AN NUR YOGYAKARTA.
19201726_COVER_BAB I.pdf - Published Version
Download (957kB)
19201726_BAB II.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only
Download (251kB)
19201726_BAB III.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only
Download (432kB)
19201726_BAB IV.pdf - Published Version
Download (621kB)
19201726_BAB V_DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version
Download (158kB)
Abstract
Doa merupakan jalan terdekat untuk meminta dan mengadu kepada Allah SWT. Dalam konteks dakwah, doa para nabi memiliki peran signifikan dalam menghadapi tantangan, baik internal maupun eksternal. Penelitian ini menyoroti tiga nabi yang berdoa dalam menghadapi cobaan dakwah: Nabi Musa, Nabi Syu’aib, dan Nabi Ibrahim. Doa-doa mereka diinterpretasikan oleh Imam al-Sya’rāwī, seorang mufasir terkenal yang menggunakan metode tafsir bi al-ra’yi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan penafsiran Imam al-Sya’rāwī dalam menafsirkan ayat doa nabi dalam berdakwah dan relevansinya pada masa sekarang.
Jenis penelitian yang digunakan ialah library research bersifat kualitatif yang didasarkan pada tafsir al-Sya’rāwī karya Syekh Muḥammad al Mutawalī al-Sya’rāwī, dimulai dengan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan, meneliti penafsiran al-Sya’rāwī dan menganalisa relevansi penafsiran al-Sya’rāwī. Metode analisis data yang dipakai adalah deskriptif-analitis yaitu dengan memberikan gambaran yang komprehensif mengenai penafsiran Syekh al-Sya’rāwī dalam menafsirkan ayat doa para nabi dalam berdakwah sehingga dapat ditarik menjadi kesimpulan. Tafsir al-Sya’rāwī dikenal karena pendekatannya yang berbeda dari tafsir lainnya, yakni menekankan renungan pribadi tanpa mengutip dari penafsir sebelumnya.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa doa-doa para nabi memiliki makna mendalam dan relevan dalam menghadapi tantangan dakwah. Doa Nabi Ibrahim (Q.S. al-Syu’arā’: 83-84) kata ḥukman disini lebih menekankan bahwa dalam melaksanakan perbuatan yang baik seseorang harus mengetahui apakah perbuatan itu mempunyai dampak kebaikan atau keburukan, kemudian kata "hab" yang berarti "pemberian atau hadiah” ialah tanpa mengharapkan imbalan atau balasan. Doa Nabi Syu’aib (Q.S. al-A’rāf: 89) menafsirkan makna kata "فتح" merujuk pada tindakan menghilangkan kesulitan atau permasalahan yang tidak bersifat fisik, tetapi juga mencakup pembukaan hati dan pikiran terhadap kebenaran. Doa Nabi Musa yang pertama pada (Q.S. al-A’rāf: 151) menjelaskan pentingnya intropeksi diri, tanggung jawab kepemimpinan, dan pentingnya tindakan tegas dalam menghadapi kemungkaran. Doa Nabi Musa yang kedua pada (Q.S. Tāhā: 25-28) Permohonan dalam doanya bukan sekedar permintaan fisik tetapi juga kesiapan mental dalam menjalankan misi dakwah yang penuh tantangan dan komunikasi yang efektif dalam menjalankan tugas dakwah. Hasil penafsiran al-Sya’rāwī terhadap ayat-ayat ini memberikan wawasan yang mendalam untuk menjadi pedoman bagi umat Islam dalam memahami dan mengamalkan doa dalam konteks dakwah.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Penafsiran Imam al-Sya’rāwī, Doa, Dakwah |
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General) B Philosophy. Psychology. Religion > BP Islam. Bahaism. Theosophy, etc |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir |
Depositing User: | User IIQ An Nur |
Date Deposited: | 20 Sep 2024 07:42 |
Last Modified: | 20 Sep 2024 07:42 |
URI: | https://repository.nur.ac.id/id/eprint/598 |