Pembahasan tentang tijarah memang masih menarik untuk dibahas dari masa ke masa, karena masih terjadinya seseorang menyalahgunakan transaksi perdagangan atau jual beli yaitu riba adalah sejumlah tambahan di atas modal pokok. Biasanya, transaksi riba sering ditemukan dalam transaksi utang piutang di mana kreditor meminta tambahan dari modal pokok kepada debitur. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam jual beli, praktik riba sering terjadi, seperti menukar barang yang tidak sejenis, melebihkan atau mengurangi timbangan atau ukuran, atau dalam bentuk-bentuk lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah menambah wawasan lebih luas terhadap penafsiran tentang ayat-ayat tijarah (perdagangan) dalam al-Qur’an. Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) dengan mengambil obyek yaitu Kitab Tafsir Al-Misbah.Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan pendekatan penelitiannya yaitu pendekatan dengan metode analisisnya yaitu maudhu’iy atau tematik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:Penafsiran at-tijārah menurut M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah adalah bahwa tijārah mengacu pada pencarian petunjuk di jalan kebenaran, bukan kesesatan. Dalam konteks ini, ada kebutuhan yang mendesak untuk belajar keterampilan menulis guna keperluan meminjam atau meminjamkan dalam transaksi non-tunai dalam perdagangan. Ini termasuk penting untuk menjaga transparansi dan keadilan dalam transaksi keuangan. Dalam melakukan transaksi jual beli, kedua belah pihak harus saling berkenan dan ridho, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Tijārah, atau perdagangan, seharusnya tidak membuat seseorang mencintai harta benda lebih dari cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Materialisme tidak boleh mengalahkan spiritualisme dan ketaatan kepada ajaran agama. Lebih dari itu, tijārah juga merupakan ungkapan hubungan timbal balik antara Allah SWT dan manusia.