Latar belakang penelitian ini adalah maraknya kasus-kasus kriminal yang menggambarkan penurunan kualitas moral dari generasi bangsa ini. Sementara pendidikan zaman sekarang banyak mengedepankan kemampuan yang lebih mencerdaskan akal dan akibatnya pendidikan yang terkait dengan hati serta kecerdasan hati kurang begitu diperhatikan. Sehingga banyak manusia yang hanya cerdas dalam berfikir tetapi kurang berakhlak dalam bersikap. Dengan demikian maka dibutuhkan adanya pengetahuan tentang pendidikan nafsiologi yaitu suatu usaha yang membahas tentang manusia yang bukan hanya sebagai subyek namun juga menjadi obyek. Dengan kata lain nafsiologi hendak menempatkan manusia di bawah bimbingan Tuhan tanpa mengesampingkan upaya kreativitas manusia dalam menjalani kehidupannya. Dengan ini manusia perlu mengetahui macammacam penyakit yang akan merusak hati serta berbagai perilaku terpuji yang dapat dilakukan untuk menghiasi hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pendidikan nafsiologi menurut Al-Ghazali, (2) Langkah-langkah menyucikan hati menurut Al-Ghazali. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) yang data-datanya diperoleh dari berbagai buku yang bersangkutan dengan pembahasan yang ada dalam penelitian. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan filosofis guna merumuskan secara jelas hakikat yang mendasari konsep-konsep pemikiran dari tokoh yang dipilih. Pengumpulan datanya menggunakan metode dokumentasi, serta dalam menganalisis datanya menggunakan content analysis (analisis isi). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa, pertama, pendidikan nafsiologi menurut Al-Ghazali menganjurkan manusia untuk senantiasa mengingat Allah dalam setiap melakukan sesuatu dan tidak lupa untuk selalu menyerahkan hasilnya hanya kepada Allah yang telah mengatur segalanya. Kedua, manusia harus senantiasa mawas diri dengan berbagai macamnya penyakit hati serta cara menyucikannya seperti rakus terhadap makanan, berkata kotor, pemarah, dengki, kikir dan cinta harta, bekerja keras dan cinta kedudukan, cinta dunia, sombong, „ujub (membanggakan diri) dan riya‟ (pamer). Selain itu manusia juga dianjurkan untuk menghiasi hatinya dengan berbagai sifat terpuji seperti halnya bertaubat, takut kepada Allah, zuhud, sabar, syukur, ikhlas dan jujur, tawakkal, mahabbah, riḍha, serta mengingat kematian.