Al-Qur’ān memiliki nilai ke-hujjahan dalam setiap aspek, yang terkandung pada setiap ayat-ayatnya bahkan setiap huruf-hurufnya. Selain itu al-Qur’an adalah kitab yang mengandung banyak kemungkinan makna sehingga menafsirkan al-Qur’an dengan satu pengertian saja atau satu model pengertian saja merupakan bentuk pengurangan kandungan keluasan makna dari al-Qur’an itu sendiri. Berbagai macam ilmu yang dibutuhkan sebagai sarana penafsiran, salah satunya adalah ilmu qirā’āt. Adanya qirā’āt yang beragam dapat mempengaruhi penafsiran yang berbeda terhadap al-Qur’ān dan menghasilkan hukum yang beragam pula. Melalui skripsi ini akan dibahas pengaruh qirā’ātterhadap penafsiran al-Zamakhsyari dan bagaimana ia memandangqirā’ātsebagai sebuah disiplin ilmu yang digunakan dalam menafsirkan al-Qur’ān. Pengambilan tokoh ini karena ia merupakan seorang mufassir yang menarik untuk dikaji dimana menurut beberapa sumber ia merupakan seorang tokoh fanatik dari aliran Mu’tazilah sehingga jika ada qirā’āt yang tidak sesuai dengan pemikirannya ia akan menganggap qirā’āt tersebut salah, meskiqirā’āttersebut bernilai muttawatir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pandangan al-Zamakhsyari tentang Qirā’āt. (2) Pengaruh penggunaan qirā’āt terhadap penafsiran al-Zamakhsyari dalam surat al-Nisā. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan (Library Research) dengan menggunakan sumber data penelitian : 1). Data primer berupa kitab al-Kasysyāf karya al-Zamakhsyarī, dan 2). Data sekunder, berupa kitab al-Qirā’āt al-Qur’āniyah, Faidhul Barakāt, Mu’jam al-Qirā’āt, Profil Para Mufassir al-Qur’ān, serta buku-buku yang relevan dengan penelitian. Adapun metode penelitiannya yaitu dari keseluruhan data yang terkumpul kemudian dengan menggunakan metode analisa-deskriptif. Adapun hasil dari penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan: pertama, alZamakhsyari memandang qirā’āt sebagai ijtihad dan inisiatif para imam qirā’āt dan bukan sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad. Kedua, penggunaan qirā’āt pada penafsiran surat al-Nisā oleh al-Zamakhsyari tidak memiliki pengaruh makna yang jauh berbeda dengan para mufassir-mufassir pada umumnya. Namun, dalam penafsirannya ia cendrung menggunakan qirā’āt yang menunjang pada pemikirannya dengan tidak terlalu memperhatikan kualitas qirā’ātyang ia kutip. Rekomendasi dari penilitian ini yaitu : 1) al-Zamakhsyari bukan satu-satunya mufassir yang menggunaan qirā’āt dalam penafsirannya, oleh karena itu pembahasan tentang pandangan seorang mufassir terhadap qirā’āt masih harus terus dilakukan agar mengetahui bagaimana kualitas dan kuantitas qirā’āt yang digunakan mufassir dalam penafsirannya .2) Adanya perbedaan qirā’āt sering berpengaruh terhadap perbedaan Qirā’āt terhadap hukum, bisa jadi qirā’āt juga berpengaruh terhadap penafsiranpenafsiran lainnya diluar hukum keseharian. kami sarankan untuk para penulis berikutnya untuk membahas tema ini lebih jauh dan mendalam dengan metode maupun dalam fokus yang berbeda.