Dalam memahami al-Qur‟an banyak pendekatan yang bisa diterapkan, salah satunya adalah dengan memakai pendekatan semantik yang diusung oleh Toshihiko Izutsu. Setiap kata yang tercantum dalam al-Qur‟an memiliki keistimewaan masing-masing yang harus digali maknanya dan dipahami, sebagai suatu tantangan bagi setiap mufassir dimana harus mampu untuk megelaborasikan penafsiran terhadap persoalan-persoalan disetiap zaman yang bergerak secara dinamis dengan tekstual al-Qur‟an yang bersifat statis. Ketika problematika yang ada dan semakin kompleks, memunculkan metode-metode tafsir terstruktur guna untuk mempermudah pemahaman masyarakat muslim terhadap al-Qur‟an, salah satunya adalah menggunakan metode semantik al-Qur‟an Toshihiko Izutsu. Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengeksplorasi pengetahuan tentang makna kata syifā‟. Hal ini, perlu dipahami agar tidak ada kesalahpahaman dalam memahami kata tersebut. 2) Membuktikan bahwa analisis kata syifā‟ dalam alQur‟an dengan pendekatan Semantik Toshihiko Izutsu dapat memberikan nilai pembaruan terhadap metodologi penafsiran al-Qur‟an. Penelitian ini mengambil jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan kata syifā‟, sedangkan analisa data menggunakan analisis deskriptif. Dalam al-Qur‟an terdapat 6 ayat yang membicarakan kata syifā‟ dengan bentuk gramatikal yang berbeda. Adapun data yang diteliti yaitu dalam Q.S Yunus ayat 57, Q.S An-Nahl ayat 69, Q.S Asy-Syu‟ara ayat 80, Q.S AtTaubah ayat 14, Q.S Al-Isra‟ ayat 82 dan Q.S Fussilat ayat 44. Hasil dari penelitian ini adalah kata syifa ‟ bermakna dasar kesembuhan atau pengobatan, adapun syifā‟ dalam al-Qur‟an terbagi menjadi empat konteks makna relasional yakni: 1) Syifa ‟ untuk penyakit hati. 2) Al-Qur‟an adalah syifa ‟. 3) Syifa ‟ bermakna Allah yang maha menyembuhkan. 4) Madu adalah syifa ‟ (obat) bagi manusia. Adapun makna kata syifa ‟ pada periode pra qur‟anik yang terdapat pada syair arab pra-Islam adalah kesembuhan dan pengorbanan yang berkonotasi negatif. Sedangkan pada periode qur‟anik makna kata syifa ‟ berubah dan berkonotasi positif yaitu: Menyembuhkan, penyembuh, penawar/obat dan melegakan. Ketika memasuki periode pasca qur‟anik kata syifa ‟ memasuki sistem kosakata tasawuf, para sufi berpendapat bahwa konsep syifa ‟ dalam al-Qur‟an adalah bentuk pengobatan terhadap penyakit hati.