Fawatih al-Suwar di dalam ‘ulumu al-Qur’an ada sepuluh macam bentuk dan salah satu di antaranya ialah pembukaan dengan panggilan al-Istiftah bi al Nida’ yang terdapat pada sepuluh surat. Nida’ pada fawatih al - Suwar menjadi hal menarik untuk dibahas. Nida’ (kata pemanggil) berasal dari bahasa Arab “ nada yunadi - nida’an ” yaitu kata-kata yang biasanya digunakan sebagai perangkat untuk menyapa, menegur atau menyebut orang yang diajak bicara. Pada pembahasan ini nida’ bukan hanya sebuah kutipan atau potongan lafat yang artinya seruan atau panggilan. Akan tetapi yang dimaksud nida’ adalah sebuah redaksi ayat al-Qur’an yang memiliki struktur bahasa yang tersusun dari huruf nida’ dan munada yang mempunyai kandungan makna berisikan tuntunan menerima dan melakukan pesan yang terdapat dalam ayat al-Qur’an.
Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian (library research) atau penelitian kepustakaan. Sedangkan untuk pendekatannya, peneliti akan menggunkan pendekatan semiotika dengan metode pendekatan kualitatif. Sementara teori penelitian ini adalah teori semiotika Charles Morris yang terbagi menjadi tiga sub bidang yakni; sintaksis, semantik, dan pragmatik. Hasil penelitian menunjukan bahwa; secara sintaksis, ditemukan bahwa huruf “ Ya” menjadi
adat al-Nida’ yang digunakan oleh mutakallim (pembicara)
kepada mukhatab nya (lawan bicara) dan m unada nakirah maqsudah (munada yang dipanggil dengan ‘isim nakirah dengan tujuan) merupakan munada yang di gunakan dalam al-Istiftah bi al-Nida’ pada fawatih al-Suwar yang berfungsi untuk menunjukan mukhatab (lawan bicara) atau yang menjadi objek dari sebuah kalimat. Secara semantik, ditemukan bahwa perintah maupun anjuran untuk bertakwa dalam al-Istiftahbi al - Nida’ pada fawatih al-Suwar ini memiliki kandungan makna konotasi berisikan tuntunan untuk menerima dan melakukan pesan yang terdapat dalam ayat al-Qur’an. Secara pragmatik, komunikasi dalam al - Istiftah bi al-Nida’ pada fawatih al-Suwar merupakan komunikasi untuk dilakukannya suatu pekerjaan dari pihak yang lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah. Melalui analisis tindak tutur imperatif maka penutur ingin memerintah mitra tutur untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan penutur. Melalui hasil semiosis di atas maka dapat ditarik kesimpulan al - I stiftah bi al-Nida’ pada fawatih al-Suwar berisikan seruan atau panggilan dari mutakallim (pembicara) kepada mukhatab nya (lawan bicaranya) agar ia menghadap kepadanya untuk melaksanakan perintah atau meninggalkan larangan dari yang memanggil.