Skripsi ini berjudul Pendidikan Siaga Bencana berbasis Nilai-Nilai Islam (Study Komunitas Santri Siaga Bencana Watucongol Gunungpring Muntilan Magelang). Gagasan penelitian ini berawal dari pengalaman peneliti yang mendapat cerita tentang partisipasi Santri Siaga Bencana (SSB) dalam menangani bencana alam erupsi di daerah Magelang dan bekerja sama dengan pihak pesantren sebagai tempat belajar tentang penanggulangan bencana berbasis nilai Islam. Masyarakat, santri dan kyai saling antusias dan memiliki rasa solidaritas yang tinggi sehingga mewujudkan hidup damai dan saling menolong.
Berangkat dari latar belakang di atas penelitian bertujuan mendiskripsikan dan menganalisa secara kritis tentang model pembelajaran pendidikan siaga bencana berbasis nilai-nilai Islam, faktor yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran serta hasil yang dicapai dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh komunitas Santri Siaga Bencana di Watucongol, Gunungpring, Muntilan, Magelang. Hal ini menarik untuk dikaji karena masih sangat jarang masyarakat yang mengetahui tentang siaga bencana berbasis nilai Islam. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran siaga bencana berbasis nilai-nilai Islam dan mengingatkan para pembaca tentang pentingnya mempelajari siaga bencana berbasis nilai-nilai Islam.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif (filed research) dengan mengambil lokasi di Watucongol Gunungpring Muntilan Magelang. Adapun metode yang digunakan adalah diskripitif analitis. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan latar belakang dan metode penelitian di atas, maka hasil temuan lapangan sebagai berikut: 1) model pembelajaran pendidikan siaga bencana berbasis nilai-nilai Islam menggunakan model interaksi sosial, yakni model yang menggunakan pendekatan masyarakat dengan memberikan pelatihan berkelanjutan serta didukung oleh metode pembelajaran yaitu, metode Pre-Test dan Post-Test, simulasi, bermain peran dan pemecahan masalah terkait dengan bencana. 2) Faktor pendukung pembelajaran siaga bencana diantaranya: antusias fasilitator dan masyarakat Watucongol, dukungan dari berbagai organisasi sosial, adanya kerjasama antar pesantren dan berada di daerah rawan bencana, faktor penghambat pembelajaran siaga bencana diantaranya: latar belakang pendidikan yang berbeda pada masyarakat dan masih ada beberapa peserta pelatihan yang kurang memperhatikan pembelajaran. 3) Hasil yang diperoleh dari pembelajaran siaga bencana ada dua, yakni secara non fisik dan fisik. Hasil berupa non fisik yaitu, meningkatnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang penanggulangan bencana berbasis nilai-nilai Islam. Adapun hasil berupa fisik adalah penanaman pohon (penghijauan), pembuatan bronjong kawat, pembangunan rumah sederhana untuk korban erupsi serta terbentuknya UKM-UKM berbasis masyarakat sebagai pola pengembangan keterampilan dan perwujudan ekonomi yang berkelanjutan.