Konsep yang dikemukakan Sayyid Quthb tentang khilāfah merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk dikaji. Permasalahan tersebut muncul dengan didasari ideologi bahwa Islam merupakan agama yang komprehensif yang mengatur seluruh aktifitas manusia, tanpa terkecuali masalah kepemimpinnan atau politik. Yang mana tujuan penelitian ini ingin mengetahui secara detail konsep yang ditawarkan oleh Sayyid Quthb terhadap konsep berpolitik atau bernegara yang sesuai terhadap Syari’at Allah yang kemudian di relevansikan dengan sistem berdemokrasi yang ada di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian library research (metode pustaka) yaitu dengan mencari datadata dari berbagai literatur dan sumber yang ada kaitannya dengan masalah di atas. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kajian tokoh yaitu dengan meneliti dan memahami secara lengkap profil, gagasan, latar belakang kehiduapan dan pemikiran Sayyid Quthb sehingga mampu memberikan penafsiran yang diinginkan Sayyid Quthb yang kemudian direlevansikan dengan perkembangan demokrasi yang ada di Indonesia. Banyak sekali karya-karya yang dihasilkan oleh Sayyid Quthb, dimana karya itu menimbulkan polemik dan perdebatan dikalangan masyarakat ilmiah Mesir dan ulama’-ulama’ baik ditingkat regional, nasional bahkan internasional. Dalam karyanya ia menegaskan, bahwa kekhalifāhan itu merupakan sebuah keharusan bagi umat Islam, karena dalam al-Qur’an maupun Hadis ada isyarat untuk menegakkannya. Maka dari itu, asumsi yang menyatakan tidak perlunya mendirikan negara dengan sistem khilāfah adalah keliru dan menyimpang dari sejarah. Dengan demikian sistem imāmah dan khilāfah merupakan keharusan bagi kaum muslimin untuk mendirikannya, karena merupakan dari ajaran Islam. Konsep pemikiran Sayyid Quthb tidak sejalan dengan sistem penyelenggaraan negara-negara modern seperti Indonesia. Sebab sistem penyelenggaraan negara Indonesia didasarkan pada kedaulatan rakyat dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat atau yang dikenal dengan istilah demokrasi. Dengan pancasila sebagai ideologinya, yang diyakini bisa mengakomodir seluruh kemajemukan yang ada di Indonesia. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah, bahwasanya apa yang menjadi gagasan ataupun ideologi yang disampaikan Sayyid Quthb tidak relevan dengan konteks bernegara yang ada di Indonesia dengan mempertimbangkan bahwa sebenarnya bagaimana mensinergikan antara agama dan negara dengan mengedepankan semangat kebangsaan, semangat keberagaman, toleransi dan kebinekaan yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu, khilāfah bukanlah satu-satunya bentuk negara Islam, sepanjang suatu negara memenuhi tiga pola sendi bernegara yaitu, penegakkan keadilan, persamaan derajat dan demokrasi maka eksisitensi negara tersebut dapat
diterima