Pendidikan tauhid bagi umat Islam sangat penting karena pendidikan tauhid merupakan inti dari pendidikan agama Islam. Pendidikan tersebut sangat erat kaitannya dengan iman seseorang. Seseorang harus yakin bahwa yang wajib disembah hanya Allah dan sebagai umat muslim harus dekat dengan Allah. Banyak cara untuk dekat dan merasakan kehadiran Allah. Salah satunya dengan berżikir, media żikir ini sangat populer dikalangan umat Islam yang dilakukan setelah salat atau di tempat-tempat yang sepi. Berbeda halnya dengan media żikir yang dilakukan oleh sang sufi terkenal yang bernama Maulana Jalaluddin Rumi. Sang rumi menciptakan media żikir ini dengan sebutan tari sufi.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan konstruksi sosial miliknya Berger L Peter dan Thomas Luckman. Berger menjelaskan tentang proses dialektis terdiri dari eksternalisai, objektivikasi dan internalisasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pengumpulan data dengan observasi, wawancara menggunakan teknik terstruktur dan tidak terstruktur dengan pemilihan informan snowball sampling, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik tari sufi di pondok Maulana Rumi adalah sebelum melakukan latihan tari sufi harus mengetahui makna-makna gerakan dan kostum tari sufi. Seorang darwis sebelum melakukan tari sufi harus berwudhu, bertawasul kepada nabi Muhammad, Maulana Rumi, dan guru yang masih hidup maupun wafat. Tata cara menari sufi sangat mudah dengan hanya memutarkan badan yang berlawanan arah jarum jam atau dari kiri ke kanan dengan posisi telapak tangan kanan membuka ke atas dan posisi telapak tangan kiri menghadap ke bawah. Sedangkan konstruksi dalam pendidikan tauhid adalah proses eksternalisasi terjadi karena pengetahuan pendidikan tauhid dilakukan berulang-ulang baik dalam kegiatan malam Sabtu dan malam Minggu Wage. Proses obyektifikasi terjadi karena pendidikan tauhid menjadi kebenaran dan pemahaman yang logis dan pendidikan tauhid ini mengingatkan bahwa segala sesuatu berasal dari Allah. Proses internalisasi terjadi karena mampu memberikan motivasi, ketenangan hati kepada jama‟ah dan akhirnya membentuk pribadi yang mulia. Riset ini merekomendasikan untuk mengkaji lebih lanjut tentang riset-riset tarian sufi yang belum dipahami oleh masyarakat, untuk melihat proses Islamisasi budaya tari melalui kyai/nyai pada masa lalu dalam berdakwah.