Latar belakang penelitian ini adalah dikarenakan adanya kegersangan rohani dan kekosongan spiritual sebagai sebuah dampak dari peradaban modernitas saat ini,yang terutama pada lembaga keamanan nasional yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui dan menganalisis perilaku keagamaan pada Polwan muslimah di Polres Sleman Yogyakarta, (2) Menggali pengaruh yang terjadi dalam perilaku keagamaan polwan muslimah di Polres Sleman Yogyakarta serta faktor pendukung dan penghambatnya pada proses kegiatan keagamaan tersebut. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisis data. Adapun analisis data yang digunakan melalui tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dengan menggunakan pola pikir induktif. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa: (1) Perilaku keagamaan polwan muslimah di Polres Sleman Yogyakarta dapat dianaisis dalam lima dimensi, yaitu (a) Dimensi Ideologi, Dimensi Ritualistik, Dimensi Pengalaman atau Penghayatan, Dimensi Intelektual, dan Dimensi Konsekuensi. (2) Kegiatan Perilaku Keagamaan ini memperoleh hasil seperti (a) meningkatnya kesadaran dan ketaqwaannya dalam beragama, (b) meningkatnya ilmu pengetahuan tentang agama Islam, (c) perasaan tenang dalam menjalani kehidupan, (d) meningkatnya rasa tanggung jawab prima dalam bertugas sebagai aparat keamanan negara, (e) adanya konsekuensi-konsekuensi sebagai motivasi dalam berperilaku. (3) Faktor pendukung pelaksanaan kegiatan perilaku keagamaan Polwan muslimah di Polres Sleman Yogyakarta adalah: (a) adanya suasana ramah tamah dan kekeluargaan di dalam Markas Polres, (b) perhatian dari pegawai dalam melayani masyarakat, (c) kerjasama dan koordinasi yang baik antara pembina keagamaan, petugas Polres dan Instansi-instansi lain yang terkait, (d) sarana dan prasarana yang mendukung. (4) Faktor penghambat pelaksanaan perilaku keagamaan seperti (a) terbatasnya waktu dalam bertugas, (b) kurangnya tenaga pengajar/ustadz, (c) adanya penugasan keluar Markas, (d) kurangnya motivator dalam pelaksanaan kegiatan.