Sejak tahun 2018 MAN 2 Kulon Progo telah mengadopsi model pembelajaran teaching factory yang sebelumnya merupkan model pembelajaran yang diterapkan di sekolah yang berbasis kejuruan (SMK). MAN 2 Kulon Progo dimodifkasi dengan pembiasaan akhlak mulia dalam proses pembelajarannya untuk mengarahkan siswa menjadi seorang entrepreneur dan dapat bekerja di industri, namun tetap menjunjung nilai-nilai akhlak mulia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahi model pembelajaran teaching factory, soft skill (sikap spiritual dan sosial) yang dibentuk melalui model pembelajaran teaching factory, serta faktor pendukung dan penghambat model pembelajaran teaching factory dalam pembentukan soft skill (sikap spiritual dan sosial) siswa di MAN 2 Kulon Progo. Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) serta menggunakan metodogi penelitian kualitatif deskriptif. Peneliti memperoleh data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi yang terkait dengan MAN 2 Kulon Progo. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan Langkahlangkah pengembangan dari Miles dan Huberman, sedangkan uji keabsahan datanya menggunakan teknik triangulasi dan menggunakan membercheck. Hasil dari penelitian ini adalah kebijakan tentang model pembelajaran teaching factory terdapat pada Visi Misi dan KTSP MAN 2 Kulon Progo. Selain itu model pembelajaran teaching factory yang telah dimodifikasi dengan pembiasaan akhlak mulia berperan penting dalam pengembangan dan peningkatan keterampilan siswa serta membentuk dan meningkatkan kemampuan soft skill kususnya pada spiritual dan sikap sosial siswa MAN 2 Kulon Progo. soft skill yang dibentuk melalui model pembelajaran teaching factory adalah selalu taat dalam beribadah, mempunyai perilaku bersyukur, dan siswa selalu berdoa sebelum dan sesudah melakukan pembelajaran, berperilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, sopan, santun, percaya diri, peduli, dan bisa berkerjasama. Faktor pendukungnya adalah guru yang kompeten, pembiasaan akhlak mulia, sarana prasarana yang baik, mapel PAI lebih banyak, adanya boarding school dan kerjasama dengan pondok. Sedangkan faktor penghambatnya adalah tidak semua guru paham model pembelajaran teaching factory, masih ada siswa yang gaduh, ada sarana prasarana kurang baik, adanya pandemi virus corona, dan masih kurangnya waktu pembelajaran.