Penelitian ini didasari atas fenomena peserta didik dewasa ini, di mana peserta didik atau pelajar sering melakukan tindakan-tindakan diskrusif atau melakukan penyimpangan terhadap norma-norma yang harus dipedomani oleh seorang murid. Berbagai masalah yang terjadi di pendidikan Indonesia diyakini banyak kalangan sebagai akibat buruknya kualitas pendidikan. Fenomena tawuran antar pelajar, pergaulan bebas dan demoralisasi pelajar yang lainnya dari berbagai lini, adalah suatu realitas problem dunia pendidikan yang ada sejak lama. Islam adalah agama sempurna yang mencakup seluruh kehidupan dan kemaslahatan manusia di dunia maupun akhirat. Demikian pula Islam mengatur pola pendidikan. Pendidikan dalam Islam merupakan aspek penting dalam membimbing fitrah manusia, sementara Pendidikan barat telah mempengaruhi dimensi pendidikan Indonesia. Pendidikan model barat sering disebut-sebut mengalami krisis karena proses pendidikan tidak lebih dari sekedar transfer ilmu dan menjadi komoditi belaka dengan berbagai implikasinya terhadap kehidupan sosial. Dari latar belakang tersebut peneliti mengajukan pokok masalah dalam skirpsi ini, yakni: 1) Bagaimana konsep dan epistemologi pendidikan spiritual Sa’id hawwa dalam buku Tarbiyatuna Ar-Ruhiyah. 2) Bagaimana urgensi pendidikan spiritual dalam pendidikan Islam di Indonesia. Syeikh Said Hawa bin Muhammad Dib Hawwa lahir di kota Hamah, Syiria, tahun 1935. Beliau seorang ulama besar al-ikhwan al-muslimin, yang dikaji diskripsi ini adalah seorang praktisi pendidikan sekaligus memiliki persahabatan kental dengan para sufi, sehingga corak yang khas tentang pemikiran pendidikan menarik untuk ditelusuri. Untuk itulah dalam skripsi ini diungkapkan bagaimana pendidikan spiritual Sa’id Hawwa. Menurut Sa’id Hawwa pada hakikatnya seseorang harus menempuh jalan sufi (salik) atau mujahadah an-nafs. Menurut Sa’id Hawwa ada empat maqamat yang harus ditempuh, yaitu: a. Mengasing diri (‘uzlah), b. Berdiam diri (asshamt),c. Lapar (al-Ju’, d. Berjaga malam (al-sahr). Skala maqamat tersebut menurut hemat peneliti sangat mungkin diterapkan dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) di Indonesia untuk membentuk jiwa manusia. Pola pendidikan tersebut harus disertai contoh maupun teladan dari seorang guru. Dengan demikian pendidikan Islam akan membentuk spiritualitas manusia yang berorientasi Ilahi. Berbeda dengan pola pendidikan barat yang hanya menekankan rasionalitas manusia yang berorientasi duniawi. Untuk mengatasi problem pendidikan tersebut, salah satu solusinya adalah merubah pola pendidikan Indonesia dengan menekankan pola pendidikan spiritual.