Al-Qur’an sebagai kitab suci terakhir dimaksudkan untuk menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia sampai akhir zaman. Pemahaman dan penghayatan individual yang diungkapkan dan dikomunikasikan secara verbal maupun bentuk tindakan tersebut dapat mempengaruhi individu lain sehingga membentuk kesadaran bersama, dan pada taraf tertentu melahirkan tindakan-tindakan kolektif dan terorganisasi. Pengalaman bergaul dengan al-Qur’an meliputi bermacam-macam bentuk kegiatan, misalnya adat Masyarakat Tengguli membiasakan membaca Surat alIkhlās sebagai langkah fidā’an (tebusan dosa), khususnya ketika pada acara kematian warganya. Seiring perkembangan zaman, kajian al-Qur’an mengalami perkembangan, dari kajian teks kepada kajian sosial-budaya, yang sering disebut istilah living Qur’anyaitu studi al-Qur’an yang berusaha menangkap berbagai persepsi masyarakat terhadap al-Qur’an. Model studi ini menjadi fenomena yang hidup ditengah masyarakat Muslim sebagai objek studinya. Dari fenomena tersebut, penulis mencoba untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pembacaanal-Qur’an pada Surat al-Ikhlāsdi Masyarakat Tengguli, dengan rumusan masalah bagaimana fenomena, kemudian apa makna dan tujuan pembacaan Surat al-Ikhlāsbagi mereka? Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui; observasi-partisipasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis yang digunakan analisis penafsiran, yaitu menjelaskan data-data yang diperoleh dari informan tanpa menghilangkan penafsiran yang diberikan. Sebagai landasan teori, peneliti menggunakan teori L Berger dan Thomas Luckmann yang mendefinisikan kebudayaan sebagai totalitas produk manusia. Berpijak pada teori L Berger dan Thomas Luckmann, fenomena pembacaan Surat al-Ikhlās adat fidā’anterbentuk melalui sebuah proses dialektik yang dikenal dengantiga momen; (1). Eksternalisasi, adaptasi diri (bahasa dan tindakan yang kemunculannya didasarkan atas penafsiranpenafsiran subyektif) partisipasi mereka dalamfida’ān dengan menyesuaikan diri mencari dasar legitimasi yang bersumber dari teks-teks normatif. (2). Objektifikasi, Interaksi diri (penyerapan kembali nilai-nilai sakral di dalam dunia sosial yang menjadi inti dari ritual sehingga menjadi bagian dari kesadaran masyarakat). (3). Internalisasi, identifikasi diri (aktivitas masyarakat ketika menyerap realitas objektif dalam sosialisasi masyarakat). Makna pembacaan Surat al-Ikhlās sebagai adat fidā’anterdapat dua makna. (1). Makna spritual, bacaan tersebut menjadi ideologi kematian.(2). Makna sosial, refleksi penyadaran diri bahwa manusia mahluk sosial. Sedangkan tujuan tersebut, ada dua aspek; (1). Tujuan khusus, memohon kepada Allah semoga dengan tawassul bacaan tersebut mampu menjadi penebus dosa. (2). Tujuan umum, manifestasi pelestarian budaya fidā’an, sekaligus mempererat ukhuwwah islamiyah, dan solidaritas Masyarakat Tengguli.