Latar belakang penelitian ini adalah bahwa Indonesia mempunyai banyak budaya dan tradisi terutama di Jawa. Di Bantul ada tradisi yang menarik tepatnya di Dusun Nogosari Selopamioro, Imogiri, Bantul, Yogyakarta ada tradisi ngguwangi. Penelitian ini menarik bagi peneliti karena banyak pemuka agama yang menganggapnya syirik. Tetapi tradisi tersebut sekarang sudah diislamisasikan perilaku yang mengarah ke syirik diganti menjadi zikir kepada Allah SWT dan bersedekah dengan makhluk bumi. Tradisi tersebut juga megandung nilai akhlak atau budi pekerti sehingga tetap dipertahankan oleh masyarakat sekitar. Mempunyai nilai sufistik seperti syukur dan tawakal yang dapat diperoleh dalam tradisi ngguwangi sehingga dapat dikembangkan ke depan sebagai perpaduan antara budaya dan agama. Tradisi tersebut mempunyai sisi sosial seperti kerukunan, gotong-royong dan toleransi. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui bagaimana proses tradisi ngguwangi di Dusun Nogosari, Selopamioro, Imogiri, Bantul 2) mengetahui nilai akhlak apa saja yang ada dalam tradisi ngguwangi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan mengambil latar di Dusun Nogosari, Selopamioro, Imogiri, Bantul di tempat hajatan pernikahan Ibu Jumirah dan Bapak Parjan. Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan Teori Seiddel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) pelaksanaan tradisi ngguwangi di Dusun Nogosari yaitu: a) membuat sesaji, b) meletakan sedekah di tempat yang sudah ditentukan, c) mengambil air di mata air, d) mendoakan sesaji tersebut dengan kalimat-kalimat zikir, e) menggebrak yaitu mengambil sesaji tersebut. 2) nilai akhlak dalam tradisi ngguwagi adalah a) akhlak terhadap Allah SWT yaitu zikir dan tawakal, b) akhlak terhadap diri sendiri yaitu syukur dan amanah, c) akhlak terhadap keluarga yaitu: d) akhlak terhadap masyarakat, b) dan akhlak terhadap lingkungan.