Pemahaman mengenai konsep pakaian wanita pada zaman globalisasi saat ini sangat dibutuhkan dalam pendidikan akhlak. Terjadinya eksploitasi wanita bukan hanya wajah, tapi seluruh lekuk tubuhnya tentu saja sangat memprihatinkan. Tubuh wanita bukan lagi menjadi bagian suci yang harus dipelihara dan dijaga, tetapi menjadi komoditi industri. Hal tersebut akan menyebabkan eksploitasi seksual terhadap mereka sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan suatu penelitian, bagaimanakah konsep pakaian wanita yang sesuai maqashid as-syari’ah sehingga dapat diimplementasikan dalam pendidikan akhlak? Penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini menggunakan katagori penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan komparatif yaitu membandingkan pemikiran konsep pakaian muslimah antara Muhammad Sa‟id Ramadhan al-Buthi dan Muhammad Syahrur. Dari latar belakang di atas penyusun mengajukan pokok masalah dalam skripsi ini, yakni: Bagaimana konsep pemikiran kedua tokoh tersebut dan bagaimana implementasinya dalam pendidikan akhlak. Keduanya mendasarkan konsep pemikirannya menggunakan nash al-Qur‟an anNur ayat 31 dan analisis terhadap realiatas sosial, tetapi Syahrur berbeda pendapat dengan ulama sebelumnya, Syahrur mengartikan aurat sebagai rasa malu menampakkan bagian tubuhnya. Adapun rasa malu tersebut diukur dengan kebudayaan setempat (suluk al ijtimâ’i) dengan batas maksimalnya yaitu dengan menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, sedang batasan minimalnya adalah menutupi juyūb yang menurutnya meliputi belahan dada, bagian tubuh dibawah ketiak, kemaluan, dan pantat. Pendapat Syahrur tersebut mempunyai sisi negative bila diukur dengan budaya karena era globalisasi memudahkan akses informasi dari budaya-budaya asing. Tetapi sisi positif dari konsep Syahrur yaitu dapat melegitimasi pakaian-pakaian adat yang ada di Indonesia. Sementara al-Buthi mengatakan bahwa degradasi moral pada zaman ini menjadi dasar atas wajibnya menutup wajah sesuai ijma‟ ulama kecuali dalam keadaan darurat seperti pengobatan, persaksian, muamalah dan ta’allum. Sisi positif dari konsep al-Buthi adalah melindungi diri dari fitnah dan laki-laki yang melihatnya. Sementara sisi negatif dari konsep ini yaitu menyulitkan aktifitas perempuan, padahal prinsip dalam agama adalah mudah dan tidak mempersulit. Dari penelitian ini penulis mengambil jalan tengah dengan pendapat ulama yang mengatakan bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan. Penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Lingkungan keluarga maupun sekolah hendaknya menanamkan pendidikan akhlak berpakaian bagi muslimah sedini mungkin, karena pendidikan akhlak harus dibina dengan pembiasaan dan teladan. 2. Hendaknya seorang wanita menutup auratnya dan tidak bertabarruj, serta menutup wajahnya jika khawatir akan fitnah pada wajahnya.