Pendidikan sebagai sarana pembentukan manusia seutuhnya idealnya mengarah pada pengembangan nilai-nilai kemanusiaan. Namun, realitas menunjukkan bahwa proses pendidikan kerap kali mengalami dehumanisasi akibat pendekatan yang instruksional dan mekanistik. Dalam konteks ini, pendekatan pendidikan humanistik menjadi penting untuk dikaji, terutama melalui pemikiran dua tokoh penting yaitu Paulo Freire yang mewakili humanisme sekuler-kritis dan KH. Hasyim Asy’ari yang mewakili humanisme religius-Islami. Keduanya menawarkan paradigma pendidikan yang bertujuan untuk memanusiakan manusia, tetapi dengan landasan filosofis yang berbeda.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan membandingkan konsep serta pola pendidikan humanistik menurut Paulo Freire dan KH. Hasyim Asy’ari, serta menganalisis relevansinya dalam pendidikan Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur, sementara teknik analisis data dilakukan secara deskriptif-kualitatif dan komparatif, dengan menelaah karya-karya utama kedua tokoh serta literatur pendukung lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Paulo Freire menekankan pendidikan sebagai sarana pembebasan yang dialogis dan berbasis kesadaran kritis terhadap realitas sosial, sedangkan KH. Hasyim Asy’ari menekankan pentingnya pendidikan berlandaskan nilai-nilai adab, spiritualitas, dan akhlak karimah. Meski berbeda orientasi, keduanya berpadu dalam prinsip dasar memanusiakan manusia. Penelitian ini merekomendasikan integrasi keduanya dalam bentuk pedagogi kritis-religius dalam pendidikan Islam, guna membentuk peserta didik yang tidak hanya cerdas dan kritis, tetapi juga berakhlak mulia dan berkesadaran sosial tinggi.