Penelitian ini membahas tentang kisah Fir‘aun dalam Al-Qur’an dengan menggunakan pendekatan naratif dari A.H. Johns yang disebut narrative. Pendekatan ini memandang kisah dalam Al-Qur’an tidak hanya sebagai sejarah, tetapi juga sebagai cerita yang memiliki pesan penting, seperti ajaran tentang keimanan dan keadilan. Latar belakang penelitian ini adalah karena masih jarang ada yang mengkaji kisah Fir‘aun dari sisi cara penyampaiannya sebagai sebuah cerita, padahal kisah ini sangat sering muncul dalam Al-Qur’an. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah: bagaimana gambaran kisah Fir‘aun jika dilihat dengan teori narrative , dan bagaimana watak serta peran Fir‘aun dalam cerita tersebut menurut unsur alur, tokoh, dan cara penceritaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan membaca dan menganalisis isi ayat-ayat Al-Qur’an yang bercerita tentang Fir‘aun. Penulis juga menggunakan berbagai tafsir dan buku-buku teori naratif sebagai bahan pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kisah Fir‘aun dalam Al-Qur’an dibangun dengan struktur naratif yang kompleks dan simbolis. Alur cerita terdiri dari tiga tahapan utama: penindasan dan kesombongan Fir‘aun, konfrontasinya dengan Nabi Musa, hingga kehancurannya sebagai konsekuensi dari penolakannya terhadap wahyu. Tokoh Fir‘aun dikonstruksi sebagai simbol kekuasaan absolut yang lalim, sedangkan Musa tampil sebagai utusan yang menyuarakan kebenaran. Sudut pandang naratif menunjukkan adanya pengulangan dan penekanan makna dalam berbagai surah, serta penggunaan intertekstualitas sebagai strategi penyampaian pesan. Dengan demikian, pendekatan naratif ini tidak hanya membantu dalam mengungkap struktur kisah, tetapi juga merekonstruksi pesan-pesan moral dan spiritual yang bersifat universal dan relevan hingga masa kini.