Skripsi ini membahas tentang penanamn jiwa kemandirian santri di Pondok Pesantren Al Fithroh Jejeran Wonokromo Bantul Yogyakarta. Di samping kegiatan ngaji, para santri juga dibiasakan untuk hidup mandiri dengan kegiatan pertanian, seperti: menanam padi, cabai, tomat, bawang merah, dan beberapa jenis sayuran dan pertukangan seperti pembuat kandang, pagar. Hasil dari pertanian terebut dimanfaatkan sendiri untuk kalangan santri sehingga pola hidup mandiri benar-benar diterapkan di sini. Penarapan metode semacam ini dilaksanakan dalam upaya menginternalisasikan kemandirian santri memiliki hasil yang bagus dalam penanaman jiwa kemandirian santri. Fenomena menarik tentang kemandirian para santri di Pondok Pesantren Al Fithroh Jejeran Wonokromo Pleret Bantul Yogyakarta inilah yang diteliti lebih dalam, dalam skripsi ini.
Peneliti fokus pada penanaman jiwa kemandirian santri Al Fithroh, dengan jenis penelitian kualitatif dan dengan pendekatan fenomenologi, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedang triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, metode analisis datanya menggunakan model siklus interaktif yang dikemukakan Milles dan Hubberman. Peneliti berusaha menyimpulkan data sementara, diverifikasi dengan data yang lebih dalam verifikasi dapat dilakukan dengan cara melihat kembali reduksi data maupun display data.
Hasil dalam penelitian bahwa sistem penanaman kemandirian santri di pondok peantren Al Fithroh Jejeran Wonokromo Pleret Bantu Yogyakarta berjalan melalui beberapa hal yaitu : 1) Planning, (Perencanaan), 2) Organizing (Pengorganisasian) pengorganisasian kemandirian santri dilaksanakan dengan beberapa tahap. 3) Implementation (Pelaksanaan) dan 4) Supervision (Pengawasan). Dalam penerapannya ternyata banyak ditemukan faktor pendukung dalam penanaman jiwa kemandirian santri di Pondok Pesantren Al-Fithroh Jejeran Wonokromo Pleret Bantul yaitu ; 1) kekompakan team, 2) keterlibatan guru dalam kegiatan santri, 3) motivasi siswa dalam mengikuti pelatiahan, 4) dukungan dari masyarakat. Sedangkah faktor penghambatnya yaitu ; 1) sarana dan prasaran yang kurang memadai, 2) faktor pembiayaan, 3) dukungan dari pemerintah setempat.