Penelitian ini didasarkan pada latar belakang dimana Pondok Pesantren An Nur belum terdapat instrumen penilaian yang baku dan sistematis. Pada penelitian ini, peneliti
fokus pada pengembangan instrumen penilaian dan penetapan cut off score yang bertujuan untuk mengembangkan instrumen penilaian tajwid yang valid dan reliabel serta digunakan
secara objektif dalam menilai kemampuan santri tahsin. Sehingga dapat meningkatkan kemampuan santri dalam menerapkan penguasaan tajwid dalam pembelajaran tahsin Al￾Qur’an di Pondok Pesantren An Nur Ngrukem. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development (R&D) dengan model pengembangan dari Robert Maribe Branch tahun 2009 yaitu analy￾sis, design, development, implementation, dan evaluation (ADDIE). Penelitian ini dimulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2025 di Ponpes An Nur Bantul, subjek
penelitian ini yaitu santri tahsin pada pembelajaran Al Qur’an. Pada teknik instrumen pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi, lembar validasi ahli bahasa dan lembar validasi ahli materi, angket respon guru, yang digunakan untuk menguatkan data lapangan dan menghitung rata rata presentase dari validasi materi dan bahasa serta
angket respon asatidz untuk mengkategorikan kelayakan produk. Instrumen disusun berdasarkan analisis indikator pembelajaran tajwid yang relevan dan telah divalidasi oleh para ahli bahasa dan ahli materi, hasil uji validasi dari ahli bahasa mendapatkan kelayakan dengan nilai 89%. Untuk hasil dari uji ahli validasi kelayakan materi mendapatkan nilai dengan angka 86%. Sedangkan hasil dari angket
respon guru/asatidz setelah penerapan instrumen mendapatkan angka 87,5%. Hasil validasi menunjukkan bahwa instrumen yang dikembangkan memiliki tingkat validitas kelayakan
produk yang tinggi. Tahap setelah implementasi instrumen yaitu tahap revisi akhir produk yang sudah disesuaikan berdasarkan hasil evaluasi, saran, masukan dari asatidz dan
departemen pengurus pendidikan. Penentuan cut off score dilakukan dengan metode Angoff yang melibatkan panelis ahli untuk menentukan batas minimal setiap indikator
yang harus dicapai santri. Hasil penentuan cut off score untuk menilai kelulusan kemam￾puan santri dengan nilai 81,0.
Peneliti melibatkan 15 santri untuk mengikuti penilaian tajwid mengunakan instrumen yang telah dibuat. Terdapat 11 santri yang lulus dan 4 santri yang remidi dikarenakan belum mampu mencapai batas minimal cut ofscore yang telah ditetapkan yaitu 81,0. Dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian tajwid yang telah dikembangkan dapat
dijadikan standar kelulusan untuk pembelajaran tahsin tahap akhir. Temuan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas dan alat evaluasi pembelajaran
Al-Qur’an, khususnya dalam aspek tajwid, serta sebagai referensi bagi lembaga ponpes dalam menyusun sistem penilaian yang terstandar, baku, valid, dan sistematis.