Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan literasi digital peserta didik yang berdampak pada kurang optimalnya proses pembelajaran mandiri. Di era digital yang sarat dengan akses informasi, siswa kerap menghadapi tantangan dalam memilah informasi yang valid dan relevan. Media sosial, meskipun sering digunakan dalam keseharian, belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai sarana pendukung pembelajaran. Penelitian ini didasari oleh teori literasi digital dari Paul Gilster (1997) dan teori kemandirian belajar dari Knowles (1975), serta teori konektivisme oleh Siemens. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif non-eksperimen dengan teknik survei melalui angket skala Likert. Responden penelitian adalah 143 siswa kelas X MAN 3 Bantul yang dipilih secara acak (random sampling). Teknik analisis data menggunakan uji regresi linear sederhana dan korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara literasi digital dengan kemandirian belajar siswa, serta peran media sosial sebagai pendukung proses tersebut. Nilai signifikansi < 0,05 menunjukkan bahwa peningkatan literasi digital secara nyata berdampak terhadap peningkatan kemandirian belajar. Dengan demikian, penguatan literasi digital melalui pemanfaatan media sosial yang bijak dapat menjadi strategi yang berpengaruh dalam membangun budaya belajar mandiri di kalangan siswa, khususnya di era digital saat ini.