Salat dalam kehidupan masyarakat saat ini seringkali tidak sejalan dengan nilai-nilai yang diajarkan. Banyak individu yang melaksanakan salat hanya sebagai rutinitas tanpa memahami makna dan tujuan spiritual di baliknya, sehingga akhlak dan perilaku mereka tidak mencerminkan ajaran Islam yang seharusnya mengedepankan kedisiplinan dan kepedulian sosial. Penelitian ini akan membahas mengenai resepsi penonton terhadap ayat-ayat salat di media sosial YouTube yang disampaikan oleh Ustaz Adi Hidayat. Pada kanal YouTubenya, seringkali menyampaikan kajian mendalam tentang salat, termasuk makna, tata cara, dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Kepiawaian dalam menciptakan suasana ceramah dan penyampaian yang detail serta mudah dipahami menarik minat masyarakat untuk mengikuti ceramah.. Salah satu konten popular berjudul ”Perbaiki Salatmu Maka Allah Permudah Urusanmu” menarik perhatian luas penonton, sehingga menjadi objek penelitian ini untuk memahami bagaimana masyarakat menerima dan menginterpretasikan pesan-pesan keagamaan yang disampaikan. Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif analisis. Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa ayat-ayat Al-Qur’an pada video ”Perbaiki Salatmu Maka Allah Permudah Urusanmu” kemudian dianalisis komentar yang relevan dengan pesan yang disampaikan dalam video tersebut. Sedangkan sumber data sekunder pada penelitian ini adalah kitab tafsir, buku, artikel, jurnal dan sumbern literasi lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian. Adapun analisis data pada penelitian ini dengan mengaplikasikan teori Resepsi Stuart Hall ke dalam video yang berjudul ”Perbaiki Salatmu Maka Allah Permudah Urusanmu”. Peneliti menggunakan tiga aspek pokok dari teori Stuart Hall yaitu Framework of knowledge, Relation of consumption dan Technic Infrastucture. Hingga menghasilkan tiga pola resepsi yaitu Dominan Hegemonik, Negosiasi Makna dan Opposisional. Hasil analisis komentar peneliti berdasarkan teori resepsi Stuart Hall menunjukkan bahwa dari total 616 komentar, terdapat 160 komentar (25,97%) yang berada pada posisi dominan-hegemonik, 189 komentar (30,68%) dalam posisi negosiasi, dan 17 komentar (2,76%) yang termasuk dalam posisi oposisi. Sementara itu, 250 komentar (40,58%) tidak masuk dalam kategori yang ada, disebabkan oleh ketidaksesuaian isi komentar dengan materi yang disampaikan dalam video.