Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan dalam pembelajaran Fiqih bab perceraian di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Bantul. Kasus perceraian di Indonesia semakin meningkat, meskipun dalam Islam tindakan ini sangat dibenci oleh Allah Swt dan berdampak sosial serta psikologis yang signifikan. Materi perceraian menjadi penting bagi siswa, terutama kelas XI, karena dapat membekali mereka dengan pemahaman tentang hukum, konsekuensi, dan dampak yang ditimbulkan. Untuk mendukung pemahaman tersebut diperlukan pendekatan pembelajaran yang mampu meningkatkan partisipasi dan keterlibatan siswa secara menyeluruh. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah active learning dengan metode Role Reversal Questions yang bersifat menarik, interaktif, dan mendorong siswa untuk berfikir kritis. Dengan demikian, tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pelaksanaan metode role reversal questions pada mata pelajaran Fiqih materi Perceraian dan bagaimana peningkatan hasil belajar mata pelajaran Fiqih materi Perceraian melalui metode role reversal questions. Dalam Penelitian ini, metode yang digunakan yaitu dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun dalam praktiknya, peneliti melakukan penelitian sebanyak dua siklus. Adapun subjek penelitian ini yaitu siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Bantul dengan jumlah 36 siswa. Untuk instrumen penelitiannya menggunakan tes (pre-test, post test suklus I, post test siklus II) dan (observasi, wawancara dan dokumentasi). Sedangkan untuk analisis datanya menggunakan rumus mean, presentase dan kuantitatif sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode role reversal questions dalam pembelajaran Fiqih selama dua siklus berjalan dengan baik dan efektif. Efektivitas ini terlihat dari meningkatnya hasil belajar siswa serta partisipasi mereka dalam memahami materi perceraian. Adapun Nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan dari 61,11 pada pra-siklus, kemudian naik menjadi 80,76 pada siklus 1, dan akhirnya mencapai 92,08 pada siklus 2. Sedangkan rata-rata persentase dari seluruh aspek Komponen keaktifan siswa mengalami peningkatan, yakni dari 86,45% pada siklus pertama menjadi 96,35% pada siklus kedua.