Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) sering dianggap membosankan oleh siswa karena metode pengajaran yang monoton dan minim interaksi. Kondisi ini menyebabkan rendahnya partisipasi dan hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasikan metode buzz group berbasis mobile learning (M- Learning) dengan memanfaatkan aplikasi Jogja Madrasah Digital (JMD) guna meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Bantul Tahun Ajaran 2024/2025. Metode Buzz Group berbasis mobile learning menggabungkan diskusi kelompok kecil dengan pemanfaatan perangkat mobile untuk mendukung pembelajaran yang aktif, fleksibel, dan interaktif. Penelitian ini juga mengevaluasi kelayakan penggunaan metode Buzz Group berbasis media mobile learning dan respon siswa terhadap penerapannya sebagai alternatif metode pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka.
Dalam Penelitian ini, metode yang digunakan yaitu dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun dalam praktiknya, peneliti melakukan penelitian sebanyak dua siklus. Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas VIII D Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Bantul. Instrumen penelitiannya menggunakan tes (pre-test, post test siklus I, post test siklus II) dan (observasi, wawancara dan dokumentasi). Analisis datanya menggunakan rumus mean dan presentase. Menurut Donald G. Phillips, metode Buzz Group berlangsung dalam kelompok kecil beranggotakan 3–6 orang yang berdiskusi singkat untuk mendorong partisipasi aktif dan memunculkan ide-ide sebelum dibagikan ke forum besar, sehingga sangat efektif diterapkan dalam pembelajaran untuk melatih keterampilan berpikir kritis dan komunikasi siswa.
Hasil penelitian ini yakni penerapan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada BAB Daulah Ayyubiyah dengan metode Buzz Group berbasis media mobile learning yang dilaksanakan dalam dua siklus, diawali dengan pelaksanaan pre-test sebelum siklus pertama dimulai. Metode ini terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik, yang ditunjukkan melalui empat aspek utama: pertama, peningkatan nilai rata-rata siswa dari 41,37 pada pra-siklus menjadi 62,62 pada siklus I dan naik lagi menjadi 81,93 pada siklus II; kedua, peningkatan nilai tertinggi siswa dari 76 pada pra-siklus menjadi 88 pada siklus I dan mencapai 96 pada siklus II; ketiga, perbaikan nilai terendah siswa dari 0 pada pra-siklus menjadi 40 pada siklus I dan meningkat signifikan menjadi 76 pada siklus II; keempat, peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari hanya 3 siswa pada pra-siklus menjadi 6 siswa pada siklus I dan melonjak menjadi 29 siswa pada siklus II.